Tugas Softskill 13 : Manajemen Resiko Keuangan
Share +
Nama : Melani Oktafiarni
NPM : 2A213212
Kelas : 4EB22
Mata Kuliah : Akuntansi Internasional
Dosen : Budi Santoso
2. Tugas Dalam Mengelola Mata Uang Asing
Dalam banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing tersentralisasi pada kantor pusat perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer anak perusahaan untuk berkonsentrasi pada usaha intinya. Namun demikian, ketika membandingkan hasil actual dan hasil yang diperkirakan, sistem evaluasi harus memiliki acuan yang digunakan untukmembandingkan keberhasilan perlindungan risiko perusahaan.
NPM : 2A213212
Kelas : 4EB22
Mata Kuliah : Akuntansi Internasional
Dosen : Budi Santoso
MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Manajemen risiko
keuangan terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan
instrumen-instrumen keuangan.
Tujuan utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi
kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit,
komoditas, dan ekuitas.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.
1. Komponen Utama Risiko Mata Uang Asing
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.
1. Komponen Utama Risiko Mata Uang Asing
Untuk meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta
asing, harga komoditas, tingkat suku bunga, dan harga sekuritas, industri jasa
keuangan banyak menawarkan produk lindung nilai keuangan, seperti swap, suku
bunga, dan juga opsi. Kebanyakan instrument keuangan tersebut diperlakukan
sebagai pos-pos di luar neraca oleh sejumlah perusahaan yang melakukan
pelaporan keuangan secara internasional. Akibatnya, risiko-risiko yang terkait
dengan penggunaan instrument ini sering kali tertutupi, dan sampai sekarang
pembuat standar akuntansi dunia melakukan pembahasan atas prinsip pengukuran
dan pelaporan yang tepat untuk produk-produk keuangan ini. Materi pembahasan
ini salah satunya adalah membahas pelaporan internal dan masalah pengendalian
yang terkait dengan masalah yang sangat penting.
Ada beberapa komponen utama dalam risiko mata uang asing, yaitu:
a. Accounting risk (risiko
akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu
transaksi tidak tersedia.
b. Balance sheet hedge (lindung nilai
neraca) : Mengurangi eksposur valuta asing yang dihadapi dengan membedakan
berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu perusahaan.
c. Counterparty (pihak lawan) : Individu/lembaga yang terpengaruh dengan
suatu transaksi.
d. Credit risk (risiko kredit) : Risiko bahwa pihak lawan mengalami
gagal bayar atas kewajibannya.
e. Derivatif : Perjanjian kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
e. Derivatif : Perjanjian kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
f. Economic exposure (eksposur ekonomi) :
Pengaruh perubahan kurs valuta asing terhadap biaya dan pendapatan perusahaan
di masa depan.
g. Exposure management (manajemen eksposur)
: Penyusunan strukturdalam perusahaan untuk meminimalkan pengaruh buruk
perubahan kursterhadap laba.
h. Foreign currency commitment
(komitmen mata uang asing) : Komitmen penjualan/pembelian perusahaan yang berdenominasi
dalam mata uang asing.
i. Inflation differential (perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju
inflasi antar dua negara atau lebih.
j. Liquidity risk (risiko likuiditas) : Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument keuangan dengan tepat waktu.
j. Liquidity risk (risiko likuiditas) : Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument keuangan dengan tepat waktu.
2. Tugas Dalam Mengelola Mata Uang Asing
Manajemen risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengidentifikasi, mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi secara
aktif. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya,
manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan
berikut:
a. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas
perusahaan. Aliran arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba,
sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga
mengurangi kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa
laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
b. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk
berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama. Contohnya pada perusahaan
manufaktur, ia dapat melakukan lindung nilai risiko suku bunga dan mata uang,
sehingga dapat berkonsentrasi pada produksi dan pemasaran.
c. Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh
manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi
risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi
eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan
pemegang obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang
dikelola pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi
kesempatan untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus membeli
atau menjual instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan
oleh risiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam
bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi
oleh konsumen.
3. Pendefinisian dan Perhitungan Risiko Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan
keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan keuangan untuk
mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan baik domestic dan
luar negeri. Laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi
dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang induk perusahaan. Proses
penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya
disebut translasi. Translasi tidak sama dengan konversi. Konversi adalah
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lain secara fisik. Translasi
hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti hanya sebuah neraca yang
dinyatakan dalam IDR disajikan ulang dalam nilai ekuivalen Dollar AS.
Potensi risiko translasi ini mengukur pengaruh perubahan kurs valas
terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam
mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang
asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk
tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh
translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
a. Dikatakan potensi risiko positif
apabila aktiva terpapar lebih besar daripada kewajiban (yaitu pos-pos dalam
mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Devaluasi mata uang
asing relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang asing menurun)
menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai mata uang
asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
b. Potensi risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar.
Dalam kasus ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan
translasi. Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.
b.
Selain potensi risiko translasi
pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi risiko valas ini juga berpusat
pada potensi risiko transaksi. Potensi risiko transaksi berkaitan dengan
keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing yang timbul dari penyelesaian
transaksi yang berdenominasi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian
transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus kas. Laporan potensi risiko
transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul dalam laporan keuangan
konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian transaksi seperti
kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan penjualan masa depan
dan sewa guna usaha jangka panjang.
4. Perbedaan Risiko Akutansi dengan Risiko Ekonomi
Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko
manajemen. Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi
keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur
potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk
lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
a. antisipasi pergerakan kurs,
b. pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan,
c. perancangan strategi perlindungan yang memadai,
d. pembuatan pengendalian manajemen risiko internal.
Manajer keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah,
waktu, dan magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive
memadai dengan lebih efisien dan efektif.
5. Strategi Perlindungan Nilai Tukar dan Perlakuan Akuntansi yang Diperlukan
5. Strategi Perlindungan Nilai Tukar dan Perlakuan Akuntansi yang Diperlukan
Setelah mengidentifikasi potensi risiko, selanjutnya adalah merancang
strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan potensi
risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan lindung nilai neraca,
operasional, dan kontraktual.
a.
Lindung Nilai Neraca
b.
Strategi perlindungan dengan
menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban
perusahaan yang terpapar, yang akan dapat mengurangi potensi risiko yang
dihadapi perusahaan. Contoh metode lindung nilai pada suatu anak perusahaan yang
berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi adalah:
• Mempertahankan saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum
yang diperlukan untuk mendukung operasi berjalan.
• Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang diperlukan untukekspansi modal kepada induk perusahaan.
• Mempercepat (memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagangyang beredar dalam mata uang local.
• Menunda (memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local.
• Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang asing.
• Menginvestasikan kelebihan utang tunai ke dalam persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
• Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat
• Mengembalikan laba yang di atas jumlah yang diperlukan untukekspansi modal kepada induk perusahaan.
• Mempercepat (memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagangyang beredar dalam mata uang local.
• Menunda (memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local.
• Mempercepat pembayaran utang dalam mata uang asing.
• Menginvestasikan kelebihan utang tunai ke dalam persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
• Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat
c.
Lindung Nilai Operasional
Lindung nilai operasional berfokus pada variabel-variabel yang
mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing. Pengendalian biaya
yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang lebih besar terhadap
potensi kerugian mata uang. Lindung nilai structural mencakup relokasi tempat
manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan atau
mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah dan komponen manufaktur.
d. Lindung Nilai Kontraktual
Salah satu bentuk lindung nilai dengan instrumen keuangan, baik
instrument derivatif maupun instrument dasar. Produk instrument ini mencakup
kontrak forward, future, opsi, dan gabungan ketiganya dikembangkan. Untuk
memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola
potensi risiko valas yang dihadapi.
Perlakuan Akuntansi
Sebelum standar dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivatif tidak lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. Kebanyakan instrument keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca. Kemudian FASB menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk derivative keuangan.
Perlakuan Akuntansi
Sebelum standar dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivatif tidak lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. Kebanyakan instrument keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca. Kemudian FASB menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk derivative keuangan.
Provinsi dasar standar ini adalah:
a. Instrument-instrumen derivatif dicatat pada neraca sebagai aktiva dan
kewajiban. Instrumen derivatif dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yang
melekat pada kontrak utama yang tidak dicatat sebesar nilai wajarnya.
b. Keuntungan atau kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument
derivatif, bukan termasuk aktiva atau kewajiban, namun diakui sebagai laba jika
direncanakan sebagai lindung nilai.
c. Lindung nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan
perlakuan akuntansi khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument
lindung nilai secara tepat harus mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu
yang dilindung nilai.
d. Hubungan lindung nilai harus terdokumentasi secara lengkap demi
manfaat pembaca laporan.
e. Keuntungan/kerugian dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya. Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut dijual atau dilikuidasi.
f. Keuntungan/kerugian dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba.
e. Keuntungan/kerugian dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya. Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan tersebut dijual atau dilikuidasi.
f. Keuntungan/kerugian dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba.
Namun, meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan FASB dan IASB telah
banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan derivatif, masih saja terdapat
beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan nilai wajar. Kompleksitas
pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai dianggap sangatlah
tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.
6. Masalah Akuntansi dan Pengendalian Terkait Dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
6. Masalah Akuntansi dan Pengendalian Terkait Dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
Contoh permasalahan akuntansi dan pengendalian yang terkait dengan
manajemen risiko nilai tukar mata uang asing dapat dilihat pada kasus berikut:
Perusahaan-perusahaan secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan
strategi-strategi baru untuk memperbaiki arus kas mereka dalam rangka
meningkatkan kekayaan pemegang saham. Sejumlah strategi mengharuskan dilakukannya
ekspansi dalam pasar local. Strategi-strategi lain mengharuskan penetrasi ke
dalam pasar asing. Pasar luar negeri bisa sangat berbeda dari pasar lokal.
Pasar luar negeri menciptakan kesempatan timbulnya peningkatan arus kas
perusahaan.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang
saham. Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang
akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut.
Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba
potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat
keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan
domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang
jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.
Ada beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan,
kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari
perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan
peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta,
serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak
perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang
berbeda-beda di tiap Negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat
menggunakan metode-metode berikut:
• Perdagangan internasional
• Perdagangan internasional
• Licensing
• Franchising
• Usaha patungan
• Akuisisi perusahaan
• Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode bisnis internasional meminta investasi langsung dalam
operasi-operasinya di luar negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct
Foreign Invesment (DFI). Perdagangan internasional dan pemberian lisensi
biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi
langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung
meminta investasi langsung, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan
pendirian anak perusahaan baru merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko
yang akan muncul. Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure
sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis
internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai
tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis
internasional meminta pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk
melakukan pembayaran. Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang
dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah
unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun
pemasoknya tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional
memasuki pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut
tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas
perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri.
Manajemen dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai tukar mata uang
asing dengan lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen risiko keuangan
harus mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari
sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman
kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja program manajemen
risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak
lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif
adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam berbagai sektor. Sektor
ini mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasuri perusahaan, pembelian
dan anak perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian treasuri perusahaan
mencakup pengukuran kinerja seluruh prodram manajemen risiko nilai tukar,
mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan, dan pelaporan hasil lindung
nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup dokumentasi atas bagaimana dan
sejauh apa bagian trasuri perusahaan membantu unit usaha lainnya dalam
organisasi itu.
Dalam banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing tersentralisasi pada kantor pusat perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer anak perusahaan untuk berkonsentrasi pada usaha intinya. Namun demikian, ketika membandingkan hasil actual dan hasil yang diperkirakan, sistem evaluasi harus memiliki acuan yang digunakan untukmembandingkan keberhasilan perlindungan risiko perusahaan.
Sumber :
http://achinanderimz.blogspot.com/2011/07/manajemen-risiko-keuangan.html
Melani Oktafiarni